RSS

Pade...





Saat kita lahir, kita pun juga akan merasakan mati.. benar kan??? Dan hari ini baru saja saya mendengar kabar lewat telepon seluler dari adik saya,, Ia mengabarkan bahwa Pade (kakek) meninggal…!          
 Ia meninggal Jam 2 Siang pada tanggal 18 oktober 2012. Berdasarkan cerita ayahku beliau meninggal karena sakit selama dua minggu,, dan ia meninggal di samping mide (nenekku) saat mide sedang mengaji al-qur'an surat Al-Kahfi .. Subhanallah...

Sontak aku terkejut dan menahan nafas untuk beberapa detik hingga akhirnya saya harus menerima kenyataan beliau sudah tiada lagi di dunia ini. Setelah telepon itu tertutup, saya coba membuka pemberitahuan lagi di HP saya, ternyata anty Maria and Tante Lilik menghubungi saya, ada pemberitahuan saat itu “2 panggilan tak terjawab”, belum lagi sederet sms telah mengantri untuk dibaca..  Saat itu rasa bersalah sempat sejenak datang menghampiri saya, (#kenapa saya lupa buka Handphone? Andai saja saya lebih peka sedikit, maka saya bisa menjawab telepon mereka dan mendengar ungkapan hati mereka). Akan tetapi hati kecil saya memberi ketenangan untuk berfikir lebih jernih dan tidak untuk menyalahkan diri, (#itu bukan hal harus disesali atin, itu bukan kesalahan, kamu baru selesay kelas dan mengerjakan tugas di perpus, jadi wajar kamu ga tau, kan HP-nya ada di dalm tas,, sudah,, jangan sedih).. Yuph,, kata hatiku membangunkan pikiranku agar selalu berpikir positif, setidaknya aku masih dikasih kabar akan kematian Pade.
Orang yang pertamakali aku kabari mengenai hal ini ialah daze, She is my Roommate, ia juga salah satu oranng yang aku percaya untuk menjadi sahabatku di sini.  Di perjalanan pulang,, pikiranku di penuhi oleh kerinduan dan kenangan tentang Pade. Ia adalah sosok kakek yang selalu ketawa dan penghibur banyak orang. Semenjak kecil ia sangat sayang padaku, bahkan ia sempat ikut mengasuhku selama satu tahun pada saat aku duduk di kelas 3 SD. Ia adalah sosok kakek yang bijaksana dan bersahaja serta mau membantu siapa saja. Yang aku selalu ingat dari beliau adalah Senyumnya yang selalu terlihat di wajahnya. Ia mampu memberikan kenyamana bagi setiap orang yang berada disampingnya.
Saat usianya senja ia sangat ingin dan berharap cucu- cucunya manja padanya. Bisa menjadi teman pelipur lara maupun berbagi cerita. Dimataku ia adalah orang yang lucu, mudah sekali untuknya kalau diajak bercanda atau ketawa.. bahkan kalau keadaan sudah hening dan kita saling menatap pasti dia ketawa.. kadang bahan candaannya ga lucu sama sekali menurutku,, tetapi ia tetap ketawa, mungkin itu usahanya untuk menghibur orang pikirku.  (I#Hmmmnnn…. Jadi kangen pade…)
Lamunanku tergugah saat aku sadar angkot sudah melaju dan hampir sampai  kearah asramaku. Sesampainya dirumah aku langsung bergegas ambil air wudhu dan melaksanakan shalat ashar dan mengirim Surat yasin pada kakekku.. tak lupa aku juga Shalat Gaib dan mengirim doa tahliil untuk almarhum.  Aku tidak dapat memutuskan untuk pergi langsung ke Cirebon saat itu, Karen abesok ada Quis di kelas. Meski dalam hati aku merasa menyesal tidak ada disamping beliau saat beliau mennghembuskan nafas terakhirnya. Walau begitu, aku cukup sedikit lega karena sempat  ikut merawatnya saat dia senja dan sudah tidak berdaya, setiap aku pulang ke Cirebon, aku selalu mampir ke rumah Mide dan Pade. Menghabiskan waktu seharian untuk menemaninya,, dan entah kenapa waktu liburan 3 bulan lalu, selama 2 bulan aku sangat dekat dengannya, merawatnya, memandikannya, memakaikan baju untuknya, menyuapin dia makan, guntingin kukunya, bercanda bareng, buka puasa bareng, memori saat itu pasti ga akan aku lupakan. Dan  itu sangatlah belum cukup bagiku untuk membalas jasa2 Pade, aku merasa yang aku lakukan 3 bulan lalu belum sebanding dengan apa yang Pade lakukan padaku saat aku kecil. Satu yang Aku inget, saat lebaran, setelah melakukan shalat id dan sungkeman, pade tiba2 menangis dan menitikkan air mata, saat aku salaman, mencium pipinya, sungkeman dan memeluknya erat.. Terus aku bertanya padanya, “ Pade kenapa nangis?” Ia tak menjawab, bibirnya kelu dan hanya menggelengkan kepala. Lalu aku usap air matanya dan kembali memeluknya. Dan saat aku kembali pergi ke Jakarta untuk memulai semester 3, sebelum pulang aku melakukan hal yang sama,, meciumnya, memeluknya dan sungkeman dengan beliau, lalu beliau pun menitikkan air mata lagi,, aku tatap matanya dan dengan wajah yang tulus beliau berkata “ Jaga diri baik-baik yah nok.. belajar yang bener, yang pinter.. jangan lupa shalat,,” Aku terenyuh,, “ iya de,, doain atin sukses yah disana, moga kuliahnya lancar… Amin”. Itu kata- kata dan moment terakhir saat Pade masih hidup.. (# Pade,, insya Allah atin bakal inget pesen pade, dan semoga yang pade harapkan bisa terwujud, Amin).
“Ya Allah,, yang Maha agung,, sesungguhnya di setiap kehidupan pasti ada kematian,, begitu juga yang telah engkau lakukan hari ini, mencabut nyawa Pade ku,,, Hamba Ikhlas atas takdir-Mu ya Rabb,, ya Allah, Yang Maha Pengampun, Ampunilah dosa Pade dan Dosa-dosa kami ya Alllah, Izinkan dia selalu dalam keridhoanMu, terima beliau di Sisi-Mu ya Rabb, Sesungguhnya ia adalah umat yang baik, bahkan di usianya yang hampir 80 tahun, meski renta tak berdaya, meski penyakitnya sudah parah ia masih tetap ingin beribadah kepadamu, menunaikan ibadah shalat jum’at bahkan sempat kukuh ingin puasa Ramadhan.  Ia adalah orang yang selalu ingin belajar untuk memperbaiki ibadahnya, meningktkan amalannya, dan memberikan kasih saying yang besar terhadap keluarganya dan bahkan tetap ikhlas saat orang mendzohliminya. Berikan tempat peristirahatan yang terindah dan terbaik untuknya ya Allah, Sesunggguhnya Engkau Maha Adil lagi Maha Mengetahui. Ya Allah, berikan juga kesabaran dan kekuatan bagi Keluarga besar kami, mudahkan rezeki kami, berikan hidayah agar selalu mengingat kematian dan meningkatkan amalan ibadahnya, dan berikan Kami kekuatan agar dapat menjaga amanah yang Pade harapkan untuk kami… Amin….”



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Belajar Untuk Bersabar...


Kata sabar telah sering kita dengar atau kita katakana. Bahkan karena seringnya kita dengar, hampir kata sabar itu kehilangan makna. Begitu disebut sabar, yang terbayang oleh benak kita adalah kondisi tidak berdaya, lemah, pasrah, atau kata orang Jawa Nrimo. Padahal sabar adalah gambaran dari keteduhan dan kekuatan jiwa. Sikap sabarlah yang membuat Nabi Yusuf As mampu menhan godaan istri Al- Aziz. Sabar pula yang membuat sahabat Rasululla SAW rela menanggung berbagai macam ujian dan cobaan dalam menegakkan Islam, serta  sabar juga yang membuat kam Muslimin generasi awal menuju kepada kemenangan.
            Dari Abdullah bin Abbas ra,  Rasulullah SAW bersabda:
“ketahuilah bahwa kemenanngan itu bersama kesabaran”. (HR. Imam Ahmad). Dan jangan lupa, sabar membuat pemiliknya dicintai oleh Allah, seraya berfirman: “ Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar”. (Qs. Ali Imran: 146). Dan ayat lain: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah shalat sebagai [enolongmu, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar.” (Qs. Al-baqarah:154)
Makna sabar secara etimologi berarti mencegah dan menahan. Sahabat mulia Aali bin Abi Thalib mengemukakan, ketahuilah sabar termasuk keimanan, ia bagaikan sebuah kepala dengan jasadnya, tidak ada keimanan bagi yang tidak bersabar sebagaimana tidak berarti sebuah jasad tanpa kepala. Sabar adalah pengakuan seorang hamba kepada Allah terhadap apa yang menimpanya, dengan menghrap pahala dan ganjaran dari-Nya. Terkadang seseorang merasakan kesedihan dengan menahan dan menyembunyikannya, sehingga tidak terlihat darinya kecuali bersabar. Sabar adalah menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh, serta menahan anggota badan untuk berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlak mulia yang muncul dari dalam jiwa, dapat mencegah perbuatan yang dengannya akan tegak dan baik segala perkara.
Dengan kata lain, sabar pula bermakna sebagai sikap teguh yang dijalani dengan kebenaran tanpa terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Seseorang dikatakan sabar, manakala akalnya jernih dan mampu mengendalikan hawa nafsunya, jiwanya rela menanggung cobaan dan ujian, tidak mengenal rasa putus asa, lisannya tidak mengeluh kecuali hanya kepada Allah, aggota badannya tertahan diri untuk melakukan perbuatan yang dibenci Allah dan hatinya tidak gelisah, melainkan senantiasa tenang dalam keimanan.
Apakah sikap sabar itu sulit?
Sulit atau tidaknya sabar tergantung kepada dua hal, yaitu seberapa kuat dorongan untuk melakukan sesuatu perbuatan dan seberapa besar terdapat sarana atau kemudahan untuk melakukannya. Seseorang yang memiliki dorongan kuat, untuk melakukan suatu perbuatan dan ada sarana atau kemudahan dalam melakukan perbuatan itu, maka sabar akan menjadi sesuatu yang mudah bagi dirinya. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang tidak mempunyai dorongan kuat untuk melakukan perbuatan dan tidak ada pula sarana atau kemudahan untuk melakukannya, maka sabar adalah sesuatu yang sulit bagi dirinya, oleh karena itu, kesabaran seorangg pemuda dalan menahan syahwatnya, atau kesabaran penguasa dari perbuatan yang sewenang-wenang atau kesabaran orang kaya dari sikap sombong, lebih sulit dan lebih tinggi kedudukannya disisi Allah, daripada kesabaran orang tua yang hidup miskin dan bersikap sombong.
Sahabat mulia Ali bin Abi Thalib berkata, jika kamu bersabar, maka takdir akan tetap berlaku padamu dan kamu akan mendapatkan pahala. Dan jika kamu tidak bersabar, maka takdir akan tetap berlaku kepadamu dan kamu akan mendapat siksa. Musibah biasanya datang secara mendadak, kedatangannya yang secara tiba-tiba itu membuat kita tidak sempat bersiap-siapa untuk menghadapinya, maka biasanya reaksi aawal yang muncul ketika musibah datang adalah hati kita menjadi goncang dan lisan menyebut sesuatu yang tidak diridhai Allah. Astagfirullahaladzim.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Indonesia Negeriku

Bangsa Indonesia telah berusia 67 tahun, tepat pada tahun 2012 ini. Ini berarti, begitu besar kiprah perjuangan yang dikorbankan oleh pahlawan terdahulu untuk regenerasi sesudahnya. Di sisi lain kita juga wajib bersyukur kehadirat Tuhan YME, atas segala karunia nikmat yang dicurahkan kepada bangsa dan Negara ini.
            Sebagian besar yang kita pahami dan ketahui, bahwa bangsa Indonesia kaya akan alam dan berlimpah ruahnya flora dan fauna, baik di darat, di laut bahkan udara sekalipun.  Tapi, mengapa kehidupan rakyatnya masih dibawah garis kemiskinan, kondisi ekonominya masih lemah, stabilitas keamanan yang tak kunjung reda, factor kesenjangan sosial yang tiada berujung, politik percaturan dunia kian memanas, strata budaya yang carut-marut. Ini semua menjadi beban kehidupan setiap elemen masyarakat.
Jangan pernah kita mengatakan bahwa yang menyengsarakan hajat hidup orang banyak adalah, sebab ini, dan karena itu. Kemudian mengadakan demontrasi secara besar-besaran , yang isinya menuntut, berorasi dan mengekspresikan arti kebebasan dengan sebebas-bebasnya, yang dikhawatirkan  berbuat anarkis, menghujat, mencemoohkan, mencaci maki, menghina serta mengdzalimi dan lain sebagainya.
Saya sangat berharap jika masalah-masalah yang ada alangkah lebih baiknya jika kita tidak selesaikan dengan cara anarkis, melainkan misalnya kita mengadakan dialog interaktif bersama, membuka forum diskusi panel dan seminar tentang suatu topic yang sedang menghangat, lalu mendatangkan tutor yang ahli dibidangnya, atau mendatangkan narasumbernya langsung. Ini merupakan juga makna musyawarah yang telah disyariatkan Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Sebab, dengan turunnya wasyawirhum fil amri ini berarti mencerminkan etika dan moralitas akhlak yang baik bagi dirinya maupun bangsanya.
Ada suatu kekhawatiran dalam benak saya tentang penjajahan pada era sekarang ini yang terjadi di Negara kia. Bukan penjajahan fisik melainkan justru yang dikhawatirkan yaitu penjajahan yang datang dari bisikan halus, kemudian mampu mengomandoni akal pikiran dan hati seseorang untuk berbuat jahat kepada Negara dan bangsanya sendiri. Misalnya berbuat korupsi, merampas hak hidup orang lain dengan cara paksa, memandang rendah dan meremehkan tenaga orang lain, memenuhi kewajiban pribadinya diatas kepentingan orang banyak, menggannggap pendapatnya saja yang paling benar, smentara yang lainnya salah, berkuasa secara mutlak dan otoriter diatas pangkat, jabatan, dan kekuasaannya, membanggakan dirinya dari segala kekuasaan yang nyata, tanpa melihat orang lain yang telah membantu dari keberhasiannya tersebut,dll.
Kesemuanya tersebut secara tidak langsung telah merugikan kehidupan orang lain yaitu membuat satu peraturan yang ketat, dengan membelenggu hak kemrdekaan badan setiap insan yang mau bebas dari berbagai macam aturan yang ada. Terlebih jika berpikir lebih jauh, bagaimana nasibnya bangsa Indonesia, bilamana harkat, martabat, dan derajatnya telah diturunkan secara drastis oleh  segelintir orang yang berbuat demikian.
Alangkah lebih bijaksananya jika kita semua sadar dan tidak sampai berbuat yang telah dilarang Allah SWT bersama Rasul-Nya. Dan saya berharap jika ketika ada pemimpin baru yang memimpin Negara ini diharapkan untuk dapat meningkatkan lagi fungsi HAM yang kini mulai sedikit terkoyak karena banyaknya perampasan hak milik dan hak hidup. Contonya, sebut saja para TKI Indonesia yang disiksa oleh majikannya, buruh yang dipaksa bekerja kasar dengan upah yang sangat kecil di perusahaan industri, dll.
Selain itu, masalah kedudukan budaya yang carut-marut menjadi polemik tersendiri bagi kita. Banyak suku pedalaman yang diluar pulau Jawa yang terkontaminasi dari sentuhan pemerintah untuk menjamin keutuhan budaya serta kesejahteraan masyarakatnya. Sehingga jika saya boleh mengatakan ada unsur ketidakadilan masalah pemerataan kesejahteraan masyarakat khususnya suku pedalaman. Terkadang kita juga sering menjumpai salah satu faktor mereka kurangn diperhatikan, karena pemerintah daerahnya terlibat kasus korupsi yang merampas hak hidup dan kesejahteraan mereka.
Selain itu, saya terkadang prihatin melihat banyak berita yang mengabarkan bahwa banyak budaya kita dan pulau yang diakui oleh Negara lain, bukan hanya Malaysia sebut saja di Eropa juga. Mungkin karena terlalu sibuk dengan masalah kasus korupsi yang terjadi disana-sini, sehingga pemerintah kurang perhatian terhadap kekayaan Negaranya sendiri. Saya melihat dari situs berita online, bahwa sekita ada 189 pulau yang belum diberi nama di Indonesia. Ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk secepatya memberikan nama dan mengesahkan dengan pembuatan sertifikat atas kepemilikan pulau-pulau tersebut. Sehingga tidak ada lagi benturan politik dengan Negara lain akibat merebutkan kepemilikan pulau. Dan jangan sampai terjadi peperangan lagi seperti antara Indonesia dan Malaysia mengenai kasus Pulau Sipadan dan Ligitan di masa lalu.
Hal yang tak kalah penting mengenai struktur pemerintahan Negara ini. Yaitu memilih anggota atau pemerintah dengan SDM yang terbaik, yang mempunyai integritas yang tinggi, beriman, mau berkorban untuk negaranya tanpa iming-iming gaji yang tinggi, ikhlas, dan berkarakter baik. Karena jika kita melihat banyak kasus korupsi yang terjadi sehingga kerja pemerintah yang lain menjadi tidak konsisten karena mengurusi menuntaskan korupsi. Maka kita mesti cari dulu akarnya. Yaitu mencari seseorang yang berkualitas untuk duduk di bangku pemerintahan. Cerrdas, kharismatik,  mempunyai integritas, jiwa sosial tinggi, etika  politik  serta  Pendidikan moral dan kekuatan iman yang kuat, peduli serta cinta terhadap negaranya menjadi prioritas seseorang untuk diposisikan dalam pemerintahan. Sehingga mereka tidak akan mengkhianati negaranya dan bekerja secara ikhlas untuk mengabdi pada Negara dan bangsanya. Dengan mempunyai pemerintah yang demikian, niscaya Negara kita dipimpin dan diatur oleh orang-orang yang akan dengan penuh tanggung jawab menjadikan Negara Indonesia yang aman, tentram dan sejahtera.

                                                                                                Create By: Atin Yakutin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Cerpen Terbaru neh,, Bintang pun Bersinar Lagi

Bel istirahat berbunyi, aku dan teman-temanku berhamburan keluar kelas untuk istirahat pasca belajar kelas Matematika yang begitu ngejlimet di otak. Serasa otakku panas dan ingin meledak melihat angka-angka yang memusingkan. Ditambah lagi melihat kepala botak Pak Narjo guruku yang mengkilap diterjang cahaya matahari yang menembus dari sudut jendela. Pada saat itu cuaca memang sangat panas. Dan ingin rasanya aku berendam di bak mandi.
            Aku, Nisa, dan Saras bergegas pergi ke kantin untuk makan siang, kami bertiga adalah sahabat dari kelas satu SMA, kita sering kali belajar bersama dan sering nongkrong bareng juga.  Azzahra Andrea, Panggil aja aku Rea, itulah namaku. Meskipun ke dua sahabatku sering memanggilku dengan sebutan Apem. Alasan mereka memanggilku dengan sebutan itu, katanya pipiku tembem seperti kue apem.
Disela-sela makan siang kami, kami ditemani oleh berita televisi yang dipasang oleh ibu kantin di warungnya, dalam berita itu mengabarkan bahwa pemerintah terlibat tindak kasus korupsi hingga mencapai triliun rupiah.
“Rea, heuh.. gue kesel banget deh, tiap hari kita selalu disuguhkan oleh berita korupsi mulu, ampe telinga gue bosen dengernya…!” keluh Saras tiba-tiba.
“Iyah neh.. sepakat gue ama loe..”kata Nisa mengangguk-ngangguk.
“ Ya..elahhh… emangnya gue enggak? Tapi, mesti gimana lagi, emang kenyataannya begitu, gue malah salut banget ama KPK tuh yang udah nangkap tikus-tikus yang makan duit rakyat, mereka aja optimis berantas korupsi kenapa kita mesti mengeluh sih, kita harusnya lebih kritis dan peduli dong, serta ikut optimis mewujudkan bangsa ini yang aman, tentram, dan sejahtera..” kataku dengan kolotnya menanggapi Saras dan Nisa.
“Wuizzz.. ajib..  kata-kata loe, Re… haha” sahut Saras nyengir sambil memamerkan barisan giginya yang putih.
“Haha.. iya dong gue kan anak buyutnya Soekarno, makannya jago ngomong, jadi pelajar itu mesti kritis dan optimis dalam situasi apapun.” Jelasku ngebanyol.
“Huuuu… lagak loe,, udah kaya orator demo aja Re,, udah yuk kita ke kelas, bentar lagi masuk neh.. ! ajak Nisa.
Akhirnya mereka bertiga kembali ke kelas untuk melanjutkan jam pelajaran.
______***______
            Sepulang sekolah aku langsung mandi dan belajar mengulang pelajaran tadi dan mengerjakan tugas. Aku terkenal sebagai siswa yang rajin dan disiplin, karena aku ingin menjadi orang yang mempunyai integritas yang tinggi. Dengan itu aku bisa menjadi juara kelas dan mendapatkan juara di perlombaan. Aku pun dijuluki dengan “ BINTANG SEKOLAH”. Karena memang prestasiku cukup gemilang di sekolah, karena aku selalu juara kelas dan menang di banyak perlombaan.
Besok ada tugas dan ulangan harian. Aku harus giat belajar. Aku baca buku-buku pelajaran yang terkadang membuatku bosan untuk membacanya lagi.
            Ketika aku  sedang asyik membaca, tiba-tiba….
Crrrraaaaang…..!”
Aku dikagetkan dengan suara gelas jatuh dan suara berisik di luar kamar. Sontak aku terganggu dan pergi keluar sejenak. Aku terkejut ketika melihat ayahku pergi dalam keadaan marah besar nampaknya. Bergegas aku mengahampiri ibuku di dapur, aku tercengang melihat ibuku yang menangis tersungkur tak berdaya di lantai, dengan muka yang lebam membiru dan ditemani oleh pecahan beling yang berserakan di lantai. Melihat itu semua, aku  shock dan langsung memeluk ibuku. Derai tangis pun pecah diantara kami berdua.
Setelah kejadian itu, aku mengantarkan ibuku ke kamar untuk istirahat dan mengobati lukanya, aku belum berani menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara ayah dan ibuku. Tetapi niat itupun aku urungkan, karena kondisi ibuku juga belum stabil psikologisnya.           Nampaknya ia stres melihat kelakuan ayah yang semakin menjadi-jadi. Belakangan ini sebenarnya aku mengetahui bahwa ayah bermain belakang dengan wanita lain, tetapi aku pura-pura tidak tahu agar tidak menyakiti ibu.  
Sementara ibu tidur, aku pun bergegas membersihkan dapur dari pecahan beling yang berserakan. Setelah selesai, aku berencana  pergi ke supermarket untuk membeli bahan masakan untuk makan malam. Tetapi, sepi sekali rasanya jika masak sendirian, akhirnya aku menelepon Nisa untuk membantuku memasak. Rumah Nisa memang tidak jauh dari rumahku, sehingga aku beranikan diri untuk meminta bantuannya. Nisa pun menyetujui, dan beberapa saat kemudian ia datang dan kita pergi bersama untuk belanja. 
Dengan berbelanja setidaknya dapat mengurangi kesedihanku karena kejadian tadi. Tapi tetap saja mataku yang sembab tidak dapat menyembunyikan kesedihanku karena baru saja menangis.
“Rea, mata loe kenapa kok sembab dan sipit gitu.. abis nangis yah?” tanya Nisa.
“ Hhmmm.. gue baru bangun tidur Nis, lupa cuci muka, makannya muka gue kaya gini.” aku mengelak mengajaknya bercanda.
“ Haha.. iya, iya.. mata loe emang sipit, kayak orang Cina.” Nisa mengejekku.
Aku hanya meringis saja menanggapi ejekannya. Aku sengaja menghindar dari perasaan sedihku, karena aku tak mau orang lain tau masalah keluargaku.
Setelah selesai belanja kita pulang.
 Saat keluar toko, telepon genggamku berbunyi, aku langsung mengangkatnya. Ternyata panggilan masuk dari tetanggaku Bi Inah.
“Hallo..?” aku menjawab teleponnya.
“ Halloo Rea, loe cepet pulang deh, emak lo nih, emak lo sakit dibawah ke rumah sakit neh.. loe cepet pulang yeee..” sahut Bi Inah dengan nada panik terburu-buru.
Mendengar itu, aku langsung panik, dan melepaskan kantong yang berisi belanjaan begitu saja dan langsung bergegas lari, ingin pulang. Tapi tiba-tiba..
“ Brrrruuuukkk……!”
Tubuhku seperti melayang, badanku lemas, mataku berkunang-kunang, serasa ada cairan deras yang mengalir keluar dalam tubuhku, perih bercampur pusing kepalaku,  aku melihat samar-samar orang-orang banyak menghampiriku. Dan kemudian semuanya gelap.
____***____
Aku pun terbangun dari tidur panjangku, rasanya badanku lemah seperti kapas, kepalaku berat aku tak dapat membuka mata, perlahan-lahan aku mencoba menggerakan kelopak mataku, masih samar dan akhirnya dengan setengah sadar, aku melihat bayangan seorang wanita yaitu ibuku berada di sampingku. Lalu aku melihat ia bersama seorang pria berjas putih, lalu aku baru sadar bahwa aku terbaring di rumah sakit.
Tetapi ketika aku hendak menyapa ibuku, rasanya susah sekali untuk mengatakan sesuatu, tenggorokanku serasa ditusuk sesuatu dan begitu perih. Aku pun berusaha keras untuk mengucapkan satu dua patah kata, tetapi tetap saja nol, tanpa ada satu nada suara pun yang keluar dari mulutku, lidahku pun terasa kelu untuk bergerak. Lalu aku menjerit dan akupun sadar kini aku telah bisu. Aku tak percaya dengan keadaaan ini, hatiku hancur dan aku menangis sejadinya menerima kenyataan bahwa aku cacat.
Dokter mengatakan bahwa ada yang rusak pada bagian otakku hingga membuat pita suaraku menjadi rusak dan aku pun tak dapat bersuara. Aku hancur, mengingat prestasiku di bidang tarik suara sangat bagus, dan membayangkan aku bermain piano dengan ayah sambil menyanyikan lagu favorit kami berdua. Semuanya telah sirna, aku tak akan lagi bisa beryanyi.
Saat itu pula ibuku sudah bercerai dengan ayah, karena ayah ternyata sudah menikah siri dengan wanita lain. Mendengar berita itu, hidupku seperti tersambar petir dan terhempas tenggelam di lautan.
____***____
Kini aku sudah sedikit membaik, sudah kembali ke rumah. Tapi aku belum mau menemui siapa-siapa. Rasa shock dan terpukul masih hinggap dihatiku. Aku jadi sering melamun dan terkadang aku menghibur diri dengan bermain piano untuk mengusir rasa sedihku, aku hanya dapat bernyanyi dalam hati, tetapi dengan memainkan jariku di atas piano dan mendengar dentingannya itu sudah cukup disebut musik bagiku. Kini aku lebih sering bermain piano ataupun membaca buku atau novel, mengusir dari rasa jenuhku.
Suatu hari Nisa dan Saras, datang ke rumah tanpa aku mengetahuinya. Mereka memberiku surprise dengan dandanan Mbok Jamu dengan konde besar di dibelakangnya. Aku sebenarnya malu menemui mereka, tetapi dengan tingkah lucu mereka akhirnya aku pun terhibur juga. Nisa dan Saras bercerita banyak tentang sekolah dan kejadian-kejadian lucu di kelas. Dari bapak botak yang dikerjain anak-anak sekelas, sampai si gembul yang nekat panjat pagar ampe celananya robek besar. Itu sudah cukup menghiburku.
Aku pun senang berteman dengan mereka. Sejak saat itu aku pun terpaksa home schooling. Ibu bekerja lagi di kantornya. Aku hanya sendirian di rumah, kadang bersih-bersih dan bermain piano. Terkadang Nisa dan Saras pun datang untuk menghibur dan memberiku buku-buku dan video motivasi yang bisa aku pelajari. Kini aku sudah bisa dapat menghargai hidup dan tetap optimis menjalani hidup seberat apapun sulitnya.
Mereka selalu memberiku motivasi dan banyak pengertian.
“ Sabar yah Re,,, hidup itu harus kamu syukuri, karena banyak juga orang yang lebih parah kondisinya daripada kamu, beruntunglah kamu masih diberkahi kedua tangan yang lincah bermain piano, otakmu yang masih bisa membaca dan matamu yang masih bisa melihat indahnya dunia. Gunakan anugrah itu untuk bangkit lagi, menjadi Rea yang baru, yang dapat menghargai hidup dan berjuang diatas kekuarangan. Orang tekun dapat mengalahkan orang pintar.”
Itu kata-kata yang senantiasa aku ingat. Dan setelah kejadian itu aku serasa menjadi lebih dekat dengan Tuhan YME. Dan terus berjuang menjalani hidup.
Dan kini aku jadi senang menulis, apa saja baik artikel, cerpen maupun karya essay. Aku mengikuti beberapa lomba yang terdapat di situs online dan Alhamdulillah, terkadang aku menjadi juaranya. Tapi tetap saja aku lebih suka bermusik. Jadi aku masih sering bermain piano, selain untuk menghibur diri atau sekedar melepas rasa rinduku terhadap ayah dengan lagu favorit kami “Way Back Into Love”.
____***_____
Suatu ketika, aku mengikuti lomba piano dan aku bersyukur itu sampai ke tingkat Internasional. Ketika itu, aku harus terbang ke Malaysia, karena lombanya berlokasi di salah  satu hotel berbintang di Kuala Lumpur.
Saat sedang masa karantina di Hotel. Aku bergabung dengan seorang peserta dari Malaysia dan Amerika. Namanya Noor Satwika dan Kimberly. Ketika itu,aku sekamar dengan mereka, aku hanya diam,  rupanya mereka tidak tahu bahwa aku bisu dan karena mungkin juga mereka bersikap tak acuh satu sama lain.
Saat kami berkenalan aku hanya menulis di kertas tentang namaku. Dan ketika Kimber bertanya padaku. Aku hanya diam dan menulis di kertas jawabannya. Ketika itu, Noor datang dan melihat tingkahku. Ia pun terkejut dan tertawa sinis.
“ Oh… ternyata kamu bisu.. aku baru sadar selama ini. Sabar yah, aku  yakin pasti kamu akan keluar dari kecacatanmu itu, semoga juri dapat memilih pemenang yang sempurna dan tidak memiliki cacat sepertimu.” Begitu kira-kira perkataannya dalam bahasa Indonesia. Dengan langkah mendongak ia pun berlalu di hadapanku.
“ Sorry,, tak usah di dengarkan kata dia.” ,Kata Kimber kepadaku.
Saat mereka berlalu, aku sontak menangis, apakah aku tak pantas untuk lomba ini? Apakah orang cacat tidak layak mendapat penghargaan?? Batinku beradu dengan rasa egoku. Lalu akupun bangkit dan mengubah pikiranku dengan sikap optimis. Saat itu aku berlatih keras.
Saat lomba aku pun menunjukkan penampilan terbaikku. Dan responnya sungguh luar biasa. Aku mendapat juara pertama. Aku telah memenangkan ajang internasional yang bergengsi ini. Saat itu aku pun yakin bahwa tuhan selalu ada buat hambanya.
____***____
Sejak kemenanganku, aku  menjadi lebih optimis dengan kemampuanku. Suatu ketika Nisa datang ke rumahku dan mengajakku pergi bersamanya. Aku heran ingin diajak kemanakah diriku. Aku pun penasaran.
Aku menulis di kertas.
-Nis, kita mau kemana?-
Nisa hanya tersenyum, “udah… ikut gue aja dewh,, nti loe juga tau..” sambil menggandeng tanganku.
Diajaknya aku menaiki kereta commuterline jurusan Bogor. Lalu kita berhenti ke Stasiun Depok  dan aku pun diajaknya ke lingkungan kumuh dan mendarat di sebuah sekolah anak jalanan.
Aku bertanya-tanya,” mengapa aku diajak kemari? Untuk apa aku disini? Ngapain?”.
“Re.. ini sekolah anak jalanan. Lihat anak-anak itu mereka hidup sendiri di jalanan tanpa orang tua dan mereka masih punya keinginan untuk dapat belajar. Kamu kan jago nulis dan bermusik. Apakah kamu ingin membantu dan mengamalkan sedikit ilmu kamu disini. Mereka adalah generasi muda, aset Negara yang kurang diperhatikan oleh bangsanya, sehingga dipandang sebelah mata dan tidak berguna.” Bisik Nisa Lirih.
Aku pun terdiam dan tidak berkutik saat itu. Pikiranku masih bimbang. Membayangkan aku mengajar dengan lingkungan yang kotor dan kumuh ditambah lagi anak-anak yang jarang mandi dan bau.
Tetapi lamunanku kabur, dengan tiba-tiba seorang anak memelukku dengan manjanya merangkul tanganku. Dan menyeretku ke dalam kelas.
“ Kakak.. kakak.. main yuk….!” Sambil menarik tanganku.
Aku pun ikut dengannya ke dalam sebuah ruangan yang berisi anak-anak jalanan yang berusia sekitar 5-7 tahun. Melihat mereka aku pun terenyuh dan lalu menatap Nisa. Nisa pun menatapku dengan tatapan harapan akan anak jalanan ini.
Ya Allah,, mungkinkan ini jalanku untuk dapat beribadah kepada-Mu dan mensyukuri atas nikmatku yang mesti aku bagi pada mereka. Akhirnya aku pun memutuskan untuk mengajar mereka.
Pengalamanku mengajar mereka sangatlah lucu sekali. Awalnya aku sangat canggung dan harus terbiasa dengan hal-hal yang jorok menurutku. Dikelilingi oleh anak-anak yang ingusan, jarang mandi, gosok gigi. Bahkan ada juga yang sering kentut sembarangan, dan dengan gamblangnya bicara padaku,
“Kakak, bau kentut ga? Aku kentut tiga kali loh….” , katanya sambil nyengir.
Aku hanya bengong dan  sampai aku pernah dibuat pingsan olehnya.
Tetapi lama-kelamaan aku dapat mengubah sedikit kebiasaan mereka dengan memberi iming-iming jika ingin bermain musik maka harus mandi dan wangi ketika bertemu aku. Mereka pun akhirnya setuju. Jadi sedikit wangi. J
Saat itu aku begitu enjoy bergaul dengan mereka. Mereka ternyata sebenarnya anak-anak yang berbakat dan mau belajar. Keinginan dan motivasinya untuk belajar begitu sangat besar. Hingga aku salut dibuatnya dengan perkembangan belajar mereka yang melesat sangat baik. Aku bangga ketika beberapa orang dari mereka mendapat juara dalam lomba nasional yang diselenggarakan oleh LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia). Sehingga dengan begitu kami mendapat sedikit perhatian dengan adanya yayasan yang menjadi donator bagi kami.
Bahkan ketika Ujian Nasional, salah satu murid dari Sekolah Jalanan ini mendapat nilai tertinggi di Jabodetabek. Sungguh Luar biasa buatku. Bahkan ada juga yang mendapat beasiswa kuliah di PTN Favorit di Jakarta. Itu berkat kemauan keras mereka dalam berjuang di tengah kerasnya hidup serta dukungan dan bimbingan para guru yang secara ikhlas mendidik mereka.  Mereka berani untuk membuktikan pada bangsanya bahwa mereka juga dapat berprestasi meski terkadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Mereka adalah aset Negara yang sebenarnya mempunyai bakat yang luar biasa namun terkadang kurang akan perhatian.
Setelah itu, aku akhirnya menjadi salah satu guru disitu, dan aku memutuskan untuk mengangkat dua muridku untuk aku jadikan adik angkat. Dan disinilah aku juga bertemu dengan Fahmi, yaitu mahasiswa UI yang sekarang menjadi pacarku dan volunteer serta donator di sekolah ini.
Kini Nisa telah sukses diterima kuliah di UI dan mengajar bersamaku di Sekolah ini. Dan Sahabatku Saras, ia kuliah ke Luar Negeri dan hidup bersama keluarganya di New York. Sedangkan aku Azzahra Andrea, kini menjadi pianis besar dan guru di Sekolah ini. Dan kini aku pun sedang merintis karirku menjadi penulis yang bukunya akan terbit segera.
Ternyata di balik kekuarangan seseorang harus ada motivasi yang besar untuk mengubah kesulitan menjadi sebuah tantangan yang akan membawa kita menjadi insan yang lebih menghargai hidup. Agar dapat mengabdi bagi sesama dan Negara Tercinta untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan tak hilang ditelan jaman. Akhirnya Rea si “Apem”  ini telah kembali bersinar seperti dulu “Bintang Sekolah”. Tetapi kini bahkan cahayanya lebih terang seperti “Bintang Kejora” di tengah lautan hidupnya. J









  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0