RSS

Cerpen Terbaru neh,, Bintang pun Bersinar Lagi

Bel istirahat berbunyi, aku dan teman-temanku berhamburan keluar kelas untuk istirahat pasca belajar kelas Matematika yang begitu ngejlimet di otak. Serasa otakku panas dan ingin meledak melihat angka-angka yang memusingkan. Ditambah lagi melihat kepala botak Pak Narjo guruku yang mengkilap diterjang cahaya matahari yang menembus dari sudut jendela. Pada saat itu cuaca memang sangat panas. Dan ingin rasanya aku berendam di bak mandi.
            Aku, Nisa, dan Saras bergegas pergi ke kantin untuk makan siang, kami bertiga adalah sahabat dari kelas satu SMA, kita sering kali belajar bersama dan sering nongkrong bareng juga.  Azzahra Andrea, Panggil aja aku Rea, itulah namaku. Meskipun ke dua sahabatku sering memanggilku dengan sebutan Apem. Alasan mereka memanggilku dengan sebutan itu, katanya pipiku tembem seperti kue apem.
Disela-sela makan siang kami, kami ditemani oleh berita televisi yang dipasang oleh ibu kantin di warungnya, dalam berita itu mengabarkan bahwa pemerintah terlibat tindak kasus korupsi hingga mencapai triliun rupiah.
“Rea, heuh.. gue kesel banget deh, tiap hari kita selalu disuguhkan oleh berita korupsi mulu, ampe telinga gue bosen dengernya…!” keluh Saras tiba-tiba.
“Iyah neh.. sepakat gue ama loe..”kata Nisa mengangguk-ngangguk.
“ Ya..elahhh… emangnya gue enggak? Tapi, mesti gimana lagi, emang kenyataannya begitu, gue malah salut banget ama KPK tuh yang udah nangkap tikus-tikus yang makan duit rakyat, mereka aja optimis berantas korupsi kenapa kita mesti mengeluh sih, kita harusnya lebih kritis dan peduli dong, serta ikut optimis mewujudkan bangsa ini yang aman, tentram, dan sejahtera..” kataku dengan kolotnya menanggapi Saras dan Nisa.
“Wuizzz.. ajib..  kata-kata loe, Re… haha” sahut Saras nyengir sambil memamerkan barisan giginya yang putih.
“Haha.. iya dong gue kan anak buyutnya Soekarno, makannya jago ngomong, jadi pelajar itu mesti kritis dan optimis dalam situasi apapun.” Jelasku ngebanyol.
“Huuuu… lagak loe,, udah kaya orator demo aja Re,, udah yuk kita ke kelas, bentar lagi masuk neh.. ! ajak Nisa.
Akhirnya mereka bertiga kembali ke kelas untuk melanjutkan jam pelajaran.
______***______
            Sepulang sekolah aku langsung mandi dan belajar mengulang pelajaran tadi dan mengerjakan tugas. Aku terkenal sebagai siswa yang rajin dan disiplin, karena aku ingin menjadi orang yang mempunyai integritas yang tinggi. Dengan itu aku bisa menjadi juara kelas dan mendapatkan juara di perlombaan. Aku pun dijuluki dengan “ BINTANG SEKOLAH”. Karena memang prestasiku cukup gemilang di sekolah, karena aku selalu juara kelas dan menang di banyak perlombaan.
Besok ada tugas dan ulangan harian. Aku harus giat belajar. Aku baca buku-buku pelajaran yang terkadang membuatku bosan untuk membacanya lagi.
            Ketika aku  sedang asyik membaca, tiba-tiba….
Crrrraaaaang…..!”
Aku dikagetkan dengan suara gelas jatuh dan suara berisik di luar kamar. Sontak aku terganggu dan pergi keluar sejenak. Aku terkejut ketika melihat ayahku pergi dalam keadaan marah besar nampaknya. Bergegas aku mengahampiri ibuku di dapur, aku tercengang melihat ibuku yang menangis tersungkur tak berdaya di lantai, dengan muka yang lebam membiru dan ditemani oleh pecahan beling yang berserakan di lantai. Melihat itu semua, aku  shock dan langsung memeluk ibuku. Derai tangis pun pecah diantara kami berdua.
Setelah kejadian itu, aku mengantarkan ibuku ke kamar untuk istirahat dan mengobati lukanya, aku belum berani menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara ayah dan ibuku. Tetapi niat itupun aku urungkan, karena kondisi ibuku juga belum stabil psikologisnya.           Nampaknya ia stres melihat kelakuan ayah yang semakin menjadi-jadi. Belakangan ini sebenarnya aku mengetahui bahwa ayah bermain belakang dengan wanita lain, tetapi aku pura-pura tidak tahu agar tidak menyakiti ibu.  
Sementara ibu tidur, aku pun bergegas membersihkan dapur dari pecahan beling yang berserakan. Setelah selesai, aku berencana  pergi ke supermarket untuk membeli bahan masakan untuk makan malam. Tetapi, sepi sekali rasanya jika masak sendirian, akhirnya aku menelepon Nisa untuk membantuku memasak. Rumah Nisa memang tidak jauh dari rumahku, sehingga aku beranikan diri untuk meminta bantuannya. Nisa pun menyetujui, dan beberapa saat kemudian ia datang dan kita pergi bersama untuk belanja. 
Dengan berbelanja setidaknya dapat mengurangi kesedihanku karena kejadian tadi. Tapi tetap saja mataku yang sembab tidak dapat menyembunyikan kesedihanku karena baru saja menangis.
“Rea, mata loe kenapa kok sembab dan sipit gitu.. abis nangis yah?” tanya Nisa.
“ Hhmmm.. gue baru bangun tidur Nis, lupa cuci muka, makannya muka gue kaya gini.” aku mengelak mengajaknya bercanda.
“ Haha.. iya, iya.. mata loe emang sipit, kayak orang Cina.” Nisa mengejekku.
Aku hanya meringis saja menanggapi ejekannya. Aku sengaja menghindar dari perasaan sedihku, karena aku tak mau orang lain tau masalah keluargaku.
Setelah selesai belanja kita pulang.
 Saat keluar toko, telepon genggamku berbunyi, aku langsung mengangkatnya. Ternyata panggilan masuk dari tetanggaku Bi Inah.
“Hallo..?” aku menjawab teleponnya.
“ Halloo Rea, loe cepet pulang deh, emak lo nih, emak lo sakit dibawah ke rumah sakit neh.. loe cepet pulang yeee..” sahut Bi Inah dengan nada panik terburu-buru.
Mendengar itu, aku langsung panik, dan melepaskan kantong yang berisi belanjaan begitu saja dan langsung bergegas lari, ingin pulang. Tapi tiba-tiba..
“ Brrrruuuukkk……!”
Tubuhku seperti melayang, badanku lemas, mataku berkunang-kunang, serasa ada cairan deras yang mengalir keluar dalam tubuhku, perih bercampur pusing kepalaku,  aku melihat samar-samar orang-orang banyak menghampiriku. Dan kemudian semuanya gelap.
____***____
Aku pun terbangun dari tidur panjangku, rasanya badanku lemah seperti kapas, kepalaku berat aku tak dapat membuka mata, perlahan-lahan aku mencoba menggerakan kelopak mataku, masih samar dan akhirnya dengan setengah sadar, aku melihat bayangan seorang wanita yaitu ibuku berada di sampingku. Lalu aku melihat ia bersama seorang pria berjas putih, lalu aku baru sadar bahwa aku terbaring di rumah sakit.
Tetapi ketika aku hendak menyapa ibuku, rasanya susah sekali untuk mengatakan sesuatu, tenggorokanku serasa ditusuk sesuatu dan begitu perih. Aku pun berusaha keras untuk mengucapkan satu dua patah kata, tetapi tetap saja nol, tanpa ada satu nada suara pun yang keluar dari mulutku, lidahku pun terasa kelu untuk bergerak. Lalu aku menjerit dan akupun sadar kini aku telah bisu. Aku tak percaya dengan keadaaan ini, hatiku hancur dan aku menangis sejadinya menerima kenyataan bahwa aku cacat.
Dokter mengatakan bahwa ada yang rusak pada bagian otakku hingga membuat pita suaraku menjadi rusak dan aku pun tak dapat bersuara. Aku hancur, mengingat prestasiku di bidang tarik suara sangat bagus, dan membayangkan aku bermain piano dengan ayah sambil menyanyikan lagu favorit kami berdua. Semuanya telah sirna, aku tak akan lagi bisa beryanyi.
Saat itu pula ibuku sudah bercerai dengan ayah, karena ayah ternyata sudah menikah siri dengan wanita lain. Mendengar berita itu, hidupku seperti tersambar petir dan terhempas tenggelam di lautan.
____***____
Kini aku sudah sedikit membaik, sudah kembali ke rumah. Tapi aku belum mau menemui siapa-siapa. Rasa shock dan terpukul masih hinggap dihatiku. Aku jadi sering melamun dan terkadang aku menghibur diri dengan bermain piano untuk mengusir rasa sedihku, aku hanya dapat bernyanyi dalam hati, tetapi dengan memainkan jariku di atas piano dan mendengar dentingannya itu sudah cukup disebut musik bagiku. Kini aku lebih sering bermain piano ataupun membaca buku atau novel, mengusir dari rasa jenuhku.
Suatu hari Nisa dan Saras, datang ke rumah tanpa aku mengetahuinya. Mereka memberiku surprise dengan dandanan Mbok Jamu dengan konde besar di dibelakangnya. Aku sebenarnya malu menemui mereka, tetapi dengan tingkah lucu mereka akhirnya aku pun terhibur juga. Nisa dan Saras bercerita banyak tentang sekolah dan kejadian-kejadian lucu di kelas. Dari bapak botak yang dikerjain anak-anak sekelas, sampai si gembul yang nekat panjat pagar ampe celananya robek besar. Itu sudah cukup menghiburku.
Aku pun senang berteman dengan mereka. Sejak saat itu aku pun terpaksa home schooling. Ibu bekerja lagi di kantornya. Aku hanya sendirian di rumah, kadang bersih-bersih dan bermain piano. Terkadang Nisa dan Saras pun datang untuk menghibur dan memberiku buku-buku dan video motivasi yang bisa aku pelajari. Kini aku sudah bisa dapat menghargai hidup dan tetap optimis menjalani hidup seberat apapun sulitnya.
Mereka selalu memberiku motivasi dan banyak pengertian.
“ Sabar yah Re,,, hidup itu harus kamu syukuri, karena banyak juga orang yang lebih parah kondisinya daripada kamu, beruntunglah kamu masih diberkahi kedua tangan yang lincah bermain piano, otakmu yang masih bisa membaca dan matamu yang masih bisa melihat indahnya dunia. Gunakan anugrah itu untuk bangkit lagi, menjadi Rea yang baru, yang dapat menghargai hidup dan berjuang diatas kekuarangan. Orang tekun dapat mengalahkan orang pintar.”
Itu kata-kata yang senantiasa aku ingat. Dan setelah kejadian itu aku serasa menjadi lebih dekat dengan Tuhan YME. Dan terus berjuang menjalani hidup.
Dan kini aku jadi senang menulis, apa saja baik artikel, cerpen maupun karya essay. Aku mengikuti beberapa lomba yang terdapat di situs online dan Alhamdulillah, terkadang aku menjadi juaranya. Tapi tetap saja aku lebih suka bermusik. Jadi aku masih sering bermain piano, selain untuk menghibur diri atau sekedar melepas rasa rinduku terhadap ayah dengan lagu favorit kami “Way Back Into Love”.
____***_____
Suatu ketika, aku mengikuti lomba piano dan aku bersyukur itu sampai ke tingkat Internasional. Ketika itu, aku harus terbang ke Malaysia, karena lombanya berlokasi di salah  satu hotel berbintang di Kuala Lumpur.
Saat sedang masa karantina di Hotel. Aku bergabung dengan seorang peserta dari Malaysia dan Amerika. Namanya Noor Satwika dan Kimberly. Ketika itu,aku sekamar dengan mereka, aku hanya diam,  rupanya mereka tidak tahu bahwa aku bisu dan karena mungkin juga mereka bersikap tak acuh satu sama lain.
Saat kami berkenalan aku hanya menulis di kertas tentang namaku. Dan ketika Kimber bertanya padaku. Aku hanya diam dan menulis di kertas jawabannya. Ketika itu, Noor datang dan melihat tingkahku. Ia pun terkejut dan tertawa sinis.
“ Oh… ternyata kamu bisu.. aku baru sadar selama ini. Sabar yah, aku  yakin pasti kamu akan keluar dari kecacatanmu itu, semoga juri dapat memilih pemenang yang sempurna dan tidak memiliki cacat sepertimu.” Begitu kira-kira perkataannya dalam bahasa Indonesia. Dengan langkah mendongak ia pun berlalu di hadapanku.
“ Sorry,, tak usah di dengarkan kata dia.” ,Kata Kimber kepadaku.
Saat mereka berlalu, aku sontak menangis, apakah aku tak pantas untuk lomba ini? Apakah orang cacat tidak layak mendapat penghargaan?? Batinku beradu dengan rasa egoku. Lalu akupun bangkit dan mengubah pikiranku dengan sikap optimis. Saat itu aku berlatih keras.
Saat lomba aku pun menunjukkan penampilan terbaikku. Dan responnya sungguh luar biasa. Aku mendapat juara pertama. Aku telah memenangkan ajang internasional yang bergengsi ini. Saat itu aku pun yakin bahwa tuhan selalu ada buat hambanya.
____***____
Sejak kemenanganku, aku  menjadi lebih optimis dengan kemampuanku. Suatu ketika Nisa datang ke rumahku dan mengajakku pergi bersamanya. Aku heran ingin diajak kemanakah diriku. Aku pun penasaran.
Aku menulis di kertas.
-Nis, kita mau kemana?-
Nisa hanya tersenyum, “udah… ikut gue aja dewh,, nti loe juga tau..” sambil menggandeng tanganku.
Diajaknya aku menaiki kereta commuterline jurusan Bogor. Lalu kita berhenti ke Stasiun Depok  dan aku pun diajaknya ke lingkungan kumuh dan mendarat di sebuah sekolah anak jalanan.
Aku bertanya-tanya,” mengapa aku diajak kemari? Untuk apa aku disini? Ngapain?”.
“Re.. ini sekolah anak jalanan. Lihat anak-anak itu mereka hidup sendiri di jalanan tanpa orang tua dan mereka masih punya keinginan untuk dapat belajar. Kamu kan jago nulis dan bermusik. Apakah kamu ingin membantu dan mengamalkan sedikit ilmu kamu disini. Mereka adalah generasi muda, aset Negara yang kurang diperhatikan oleh bangsanya, sehingga dipandang sebelah mata dan tidak berguna.” Bisik Nisa Lirih.
Aku pun terdiam dan tidak berkutik saat itu. Pikiranku masih bimbang. Membayangkan aku mengajar dengan lingkungan yang kotor dan kumuh ditambah lagi anak-anak yang jarang mandi dan bau.
Tetapi lamunanku kabur, dengan tiba-tiba seorang anak memelukku dengan manjanya merangkul tanganku. Dan menyeretku ke dalam kelas.
“ Kakak.. kakak.. main yuk….!” Sambil menarik tanganku.
Aku pun ikut dengannya ke dalam sebuah ruangan yang berisi anak-anak jalanan yang berusia sekitar 5-7 tahun. Melihat mereka aku pun terenyuh dan lalu menatap Nisa. Nisa pun menatapku dengan tatapan harapan akan anak jalanan ini.
Ya Allah,, mungkinkan ini jalanku untuk dapat beribadah kepada-Mu dan mensyukuri atas nikmatku yang mesti aku bagi pada mereka. Akhirnya aku pun memutuskan untuk mengajar mereka.
Pengalamanku mengajar mereka sangatlah lucu sekali. Awalnya aku sangat canggung dan harus terbiasa dengan hal-hal yang jorok menurutku. Dikelilingi oleh anak-anak yang ingusan, jarang mandi, gosok gigi. Bahkan ada juga yang sering kentut sembarangan, dan dengan gamblangnya bicara padaku,
“Kakak, bau kentut ga? Aku kentut tiga kali loh….” , katanya sambil nyengir.
Aku hanya bengong dan  sampai aku pernah dibuat pingsan olehnya.
Tetapi lama-kelamaan aku dapat mengubah sedikit kebiasaan mereka dengan memberi iming-iming jika ingin bermain musik maka harus mandi dan wangi ketika bertemu aku. Mereka pun akhirnya setuju. Jadi sedikit wangi. J
Saat itu aku begitu enjoy bergaul dengan mereka. Mereka ternyata sebenarnya anak-anak yang berbakat dan mau belajar. Keinginan dan motivasinya untuk belajar begitu sangat besar. Hingga aku salut dibuatnya dengan perkembangan belajar mereka yang melesat sangat baik. Aku bangga ketika beberapa orang dari mereka mendapat juara dalam lomba nasional yang diselenggarakan oleh LPAI (Lembaga Perlindungan Anak Indonesia). Sehingga dengan begitu kami mendapat sedikit perhatian dengan adanya yayasan yang menjadi donator bagi kami.
Bahkan ketika Ujian Nasional, salah satu murid dari Sekolah Jalanan ini mendapat nilai tertinggi di Jabodetabek. Sungguh Luar biasa buatku. Bahkan ada juga yang mendapat beasiswa kuliah di PTN Favorit di Jakarta. Itu berkat kemauan keras mereka dalam berjuang di tengah kerasnya hidup serta dukungan dan bimbingan para guru yang secara ikhlas mendidik mereka.  Mereka berani untuk membuktikan pada bangsanya bahwa mereka juga dapat berprestasi meski terkadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Mereka adalah aset Negara yang sebenarnya mempunyai bakat yang luar biasa namun terkadang kurang akan perhatian.
Setelah itu, aku akhirnya menjadi salah satu guru disitu, dan aku memutuskan untuk mengangkat dua muridku untuk aku jadikan adik angkat. Dan disinilah aku juga bertemu dengan Fahmi, yaitu mahasiswa UI yang sekarang menjadi pacarku dan volunteer serta donator di sekolah ini.
Kini Nisa telah sukses diterima kuliah di UI dan mengajar bersamaku di Sekolah ini. Dan Sahabatku Saras, ia kuliah ke Luar Negeri dan hidup bersama keluarganya di New York. Sedangkan aku Azzahra Andrea, kini menjadi pianis besar dan guru di Sekolah ini. Dan kini aku pun sedang merintis karirku menjadi penulis yang bukunya akan terbit segera.
Ternyata di balik kekuarangan seseorang harus ada motivasi yang besar untuk mengubah kesulitan menjadi sebuah tantangan yang akan membawa kita menjadi insan yang lebih menghargai hidup. Agar dapat mengabdi bagi sesama dan Negara Tercinta untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan tak hilang ditelan jaman. Akhirnya Rea si “Apem”  ini telah kembali bersinar seperti dulu “Bintang Sekolah”. Tetapi kini bahkan cahayanya lebih terang seperti “Bintang Kejora” di tengah lautan hidupnya. J









  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Ini Soal BBM

Jum'at, 30 April 2012.
Terjadi event menarik di kampusku Universitas Paramadina. Sudah 2 hari ini  teman2 mahasiswa disini berunjuk rasa. Aku pun turut ikut di dalamnya. yah,, ga lama sih... cuma sebentar. tapi ga papa lah,, itung2 cari pengalaman. kata ka ai,, "belajar keadilan". hehehe...
Disela-sela demo, kami pun berorasi menuntut penurunan harga BBM. Kami memblokade jalan raya depan kampus, sambil berorasi, bahkan shalat ashar di jalan.
Lalu tepat jam 16;00 Rektor kita Bapak Anies Baswedan pun ikut turun ke jalan menyuarakan opininya mengenai kenaikan BBM. Begitu bijak kata-kata yang keluar dari sosok pak Anies. Sehingga membuatku meras kagum pada beliau.
jika kita renungkan, harga BBM yang semakin naik bukan hanya dirasakan oleh kalangan bawah saja, tetapi juga kalangan menengah. Sampai suatu ketika sore tadi, setelah saya baru saja makan di bu wati, tiba-iba ada abang ojek yang berbicara kepada saya.
" Neng, ikut demo tuh, tolak BBM, kalau BBM naik nanti ojek kita sepi ama ongkos buat penumpang juga terpaksa dinaikin."
mendengar itu, saya lalu berfikir. Kalau BBM Naik, harga sembako juga bakal naik, ongkos angkutan juga, ojek juga... Waduh gimana mau ngirit neh,,, whahahahay...
Semoga ajha, sidang paripurna malam ini dapat mengambil keputusan yang bijak. sekiranya kalaupun harganya naik... jangan drastis nominalnya ampe nyampe Rp 1500,-.
heuhhhh....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Lima Dosa Mencatat

Mencatat sepertinya sesuatu yang bagus. Jika kita mencatat tiba-tiba kesan intelektual seakan menempel yang membuat kita bangga. Namun ironisnya, banyak pelajar sudah sering berkedok dengan mencatat. Mereka merasa sudah belajar. Jadi ini waktunya bermain, bukan? Inilah dosa pertama mencatat.  
            Dosa kedua dari mencatat adalah akan muncul dari dalam diri kita rasa ingin menunda memahami pelajaran. Kita akan selalu bisa berkilah, “nanti saja deh saya pelajari. Saya kan punya catatan.”
            Dosa ketiga dari mencatat adalah mencatat akan melenyapkan kedahsyatan kemampuan otak yang kita miliki. Banyak orang yang sebenarnya bisa mennghafal alamat dengan baik. Tetapi ia tidak percaya dengan otaknya, maka ia catat alamat tersebut. Banyak  orang yang sebenarnya bisa menghafal nomor telepon, tetapi sekali lagi ia tidak percaya dengan kehebatan otaknya, maka ia catat nomor tersebut.
Dan dosa keempat dari mencatat adalah mencatat membuat kita tidak memberi perhatian yang cukup saat kita mendengarkan pelajaran yang disampaikan. Padahal banyak materi yang seharusnya bisa dengan mudah kita kuasai ketika kita dapat memahami penjelasan disampaikan. Namun saat si guru menjelaskan dengan baik, waktu kita malah diisi dengan mencatat apa yang ia katakan. Kita berkilah, nanti akan bahas lagi di rumah.
            Dan yang kelima, mencatat akan mencuri banyak waktu. Walaupun sebenarnya mencatat itu amat menolong, ketika pada suatu saat kita melupakan sesuatu. Namun coba lihat, dosa keempat tadi. Sebenarnya tanpa mencatat, si murid akan bisa memahami pelajaran. Dan jika ia paham, ia tak hanya bisa mengerjakan soal jika ditanyakan, tetapi ia juga bisa mencatat sendiri kapapun pun ia mau, tanpa kehilangan waktu di kelas yang sangat berharga.
            Banyak orang berkilah, otak kita tak perlu dijejali informasi yang tak penting seperti nomor telepon atau alamat, maka harus kita catatkan. Mungkin untuk hal ini ia benar, tetapi itu tadi merupakan paradigma mencatat yang akan membuat ia mencatat semua informasi yang muncul didepannya. Jika sampai tidak dicatat, ia akan merasa belum mempelajarinya.
            Lihat kisah belajar luar biasa di zaman para Nabi. Yang terdekat adalah kisah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang dengan tekun memberi perhatian pada apa yang disampaikan sang Nabi. Mereka tak hanya paham, mengahayati, tahu tafsirnya, memiliki spirit untuk melaksanakannya, dan hebatnya mereka pun mampu menghafalnya. Hadist -hadist Nabi, Itu tak lain merupakan bukti kehebatan otak manusia dalam merekam apa yang mereka dengar.
            Manusia modern sekarang sudah tergantung pada alat-alat tulis. Jika dulu mereka hanya membeli pensil, kemudian naik menjadi pulpen dan buku catatan. Tas anak-anak sekolah dan mahasiswa yang penuh dengan buku catatan. Bahkan kini di zaman yang makin canggih, itu semua bisa dibantu oleh laptop yang bisa dibawa kemana-mana. Tapi sayang, itu semua seperti tipuan bahwa kita adalah orang terpelajar. Kenyataannya, banyak orang yang tasnya berat dengan buku catatan atau laptopnya memiliki memori yang besar, akan tetapi ia sendiri tak mengerti apa yang ada dalam catatan atau laptopnya. Tragis, bukan? Maka janganlah biasakan mencatat. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Kekerasan pada Tayangan Anak-anak di Televisi

Latang Belakang Masalah
            Pada jaman ini, media eletronik merupakan media yang mampu menyebarkan berita atau informasi yang cepat dan memiliki jumlah penonton yang tak terhingga.  Perkembangan teknologi informasi dan media massa, saat ini telah memasuki era tanpa batas. Setiap orang termasuk anak-anak dapat mengakses informasi melalui berbagai media massa termasuk televisi. Tayangan anak-anak merupakan salah satu tayangan yang disuguhkan oleh televisi.  Bahkan bagi anak-anak, tayangan televisi tidak dapat dipisahkan dari kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib bagi mereka.
            Saat ini, banyak anak yang lebih suka berlama-lama berada di depan media elektronik daripada belajar, bahkan hampir lupa dengan waktu makannya. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, anak-anak memiliki kecenderungan untuk meniru hal apapun yang mereka lihat dari lingkungannya. Tanpa mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari tayangan yang ditontonnya. Hal ini terjadi, karena anak-anak belum cukup memiliki daya pikir yang kritis, sehingga mudah percaya dan terpengaruh dari media yang dikonsumsinya. Itulah sebabnya mereka memerlukan sebuah tayangan sebagai hiburan khusus untuk anak, yaitu sebuah tayangan yang seharusnya mempunyai nilai edukasi yang baik.
            Tayangan anak yang ada di televisi kerap kali menimbulkan perdebatan. Hal ini dikarenakan adanya fakta yang menyatakan bahwa tayangan anak mengandung banyak unsur-unsur negative, yang justru membawa pengaruh buruk pada perkembangan diri dan mental anak. Salah satu pengaruh buruk yang ada di tayangan televisi adalah pada penyebaran nilai-nilai kekerasan yang ada di dalamnya.
            Dari hasil kajian yang dilakukan oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) pada tahun 2009 ditemukan bahwa unsur kekerasan merupakan unsur pelannggaran yang dominan pada program tayangan anak-anak. Dengan berpedoman dengan P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Penyiaran), unsur kekerasan pada program anak tersebut ditemukan pada bentuk penayangan adegan kekerasan yang mudah ditiru anak-anak. Pertama, menampilkan kekerasan secara berlebihan sehingga menimbulkan kesan kekerasan adalah hal yang lazim dilakukan. Kedua, kekerasan dalam hal ini tidak saja dalam bentuk fisik, tetapi juga verbal, seperti memaki dengan kata-kata kasar.

Landasan Teori
Kekerasan
            Menurut Wikipedia, kekerasan berasal dari bahasa latin, violentus yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Kekerasan adalah prinsip dasar dalam hukum publik dan privat romawi yang merupakan sebuah ekspresi, baik dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang, yang dapat dilakukan perorangan atau sekelompok orang yang berkaitan dengan kewenangannya.
            Keragaman jenis kekerasan:
a)      Kekerasan yang dilakukan perorangan, yaitu perlakuan kekerasan dengan menggunakan fisik (misalnya, kekerasan seksual), verbal (termasuk menghina), psikologis (pelecehan), dalam lingkup lingkungannya.
b)     Tindakan kekerasan yang tercantum dalam hukum publik, yaitu tindakan kekerasan yang diancam oleh hukum pidana baik secara sosial, ekonomi maupun psikologis.
c)      Kekerasan simbolik (Bourdieu, Theory of symbolic power), merupakan tindakan kekerasan yang tidak terlihat atau kekerasan secara struktural atau kultural (Johan Galtung, Cultural Violence), dalam beberapa kasus dapat juga merupakan fenomena dalam penciptaan stigmasisasi.
            Kekerasan merujuk pada gerakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan,dll), yang dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah kekerasan juga berkonotasi cenderung agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.

Teori Perkembangan Anak

              Jumlah kekerasan yang ditonton di televisi pada anak usia 7 tahun berhubungan secara signifikan dengan keseriusan tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan seseorang saat dewasa, sehingga dapat disimpulkan bahwa tayangan kekerasan di televisi dapat menyebabkan tindakan agresi pada anak-anak (Huesmann, 1986). Beberapa pengkritik menyatakan bahwa pengaruh tindakan kekerasan menyebabkan pengaruh agresi (Freedman, 1984). Kekerasan di tayangan televisi tentu saja bukanlah satu-satunya penyebab agresi, tetapi kekerasan di televisi dapat mempengaruhi perilaku agresi dan antisosial pada anak-anak. Menurut Sears (1991), faktor yang mempengaruhi perilaku agresi pada anak, yaitu proses belajar dan peniruan (imitasi).
              Tahap awal dari belajar adalah proses imitasi. Dengan kata lain, berbagai materi yang masuk dalam benak seorang anak yang sedang menambah pengetahuannya akan teraktualisasi dalam perilaku meniru. Materi film yang terserap ke dalam jiwa anak-anak menjadi materi pembelajaran yang menambah pengetahuan dan terimplementasikan dalam bentuk perlakuan fisik yang dapat direkam oleh lingkungan sekitarnya. Pengaruh yang dapat ditimbulkan dari tayangan kekerasan bervariasi, tergantung dari usia anak, jenis kekerasan yang dilihat, dan juga seberapa sering anak melihat kekerasan tersebut.

Televisi
              Media dapat memberikan efek yang tajam terhadap penontonnya, karena:

              Pertama, media memudahkan orang untuk mempelajari cara-cara baru kekerasan yang kemungkinan besar tidak terpikirkan sebelumnya. Disebut juga dengan copycats crime, dimana kekerasan yang bersifat fiksi maupun nyata yang ditayangkan oleh media, kemudian ditiru oleh orang lain di tempat lain dengan alasan mendapatkan hasil yang serupa.
            Kedua, desensitization effect, berkurang atau menghilangnya kepekaan kita terhadap kekerasan itu sendiri. Studi menunjukkan akibat dari banyaknya menonton tayangan kekerasan, orang tidak lagi mudah merasakan penderitaan atau rasa sakit yang dialami orang lain (Baron, 1974 dalam Baron & Bryne, 2000).
            Ketiga, periklanan menganggap tayangan kekerasan lebih menjual. (Bushman, 1998, dalam Baron & Bryne, 2000) menemukan bahwa orang yang menonton kekerasan, kemungkinan besar hanya mampu sedikit mengingat isi dari tayangan komersial atau iklan.

Data dan Analisis Data

            Untuk mengetahui adanya unsur kekerasan yang terdapat pada tayangan anak-anak di televisi, penulis mencoba melakukan observasi dengan mengamati dan menganalisa tayangan anak pada tiga stasiun televisi diantaranya, RCTI,Global TV, dan Trans 7.
Hasil Observasi adalah sebagai berikut;

Stasiun Televisi
Tanggal dan waktu
Nama Tayangan
Bentuk Kekerasan
A.                  RCTI
Minggu, 18 Desember 2011 pukul 07.30 WIB
Crayon Sinchan
·                     Teman sinchan menngejek sinchan
·                     Ibu Sinchan memukul kepala sinchan


Minggu, 18 Desember 2011 pukul 08.00 WIB
Doraemon
·                     Giant marah kepada Nobita
·                     Nobita di bully oleh Giant

B.                  Global TV
Minggu, 18 Desember 2011 pukul 04.30 WIB
Dora The Exploler
Tidak ada Unsur kekerasan

Selasa, 20 Desember 2011 pukul 07.00
Spongbob
·                     Spongbob dicapit oleh Mr.Crab
·                     Spongbob diejek dan ditendang Patrix

C.                  Trans 7
Selasa, 20 Desember 2011 pukul 13.00 WIB
Laptop si Unyil
Tidak ada bentuk kekerasan

Selasa, 20 Desember 2011 pukul 14.30
Koki Cilik
Tidak adan bentuk kekerasan


Analisis Data
            Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya bentuk kekerasan pada tayangan anak yang ada di sebagian stasiun televisi. Jenis kekerasan tersebut misalnya, jenis kekerasan fisik (memukul, menendang,dll), verbal (mengejek, memarahi,dll), psikologis (bullying).
            Di masing-masing stasiun televisi adanya perbandingan mengenai perbedaan dalam tayangan kekerasan, yaitu seperti di RCTI dan Global TV yang terdapat unsur kekerasan, sedangkan di Trans 7 tidak ada unsur kekerasan melainkan unsur edukasi.

Kesimpulan dan Saran
            Dengan demikian, berdasarkan teori perkembangan anak, maka tayangan anak-anak di televisi yang mengandung kekerasan tidak pantas ditonton. Karena mengandung unsur kekerasan yang frekuensi kemunculannya cukup tinggi. Sehingga keberadaannya bukan lagi dimaksudkan untuk mengembangkan cerita, namun sudah menjadi inti atau bagian utama. Kekerasan-kekerasan yang dimaksudkan pun tidak hanya dinilai dari perkataan kasar dan perkelahian. Namun ada juga kemungkinan bahwa anak-anak meniru dan mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Dalam masalah ini, seharusnya orang tua memilliki peran penting untuk mengawasi anaknya agar tidak menonton tayangan kekerasan.

Daftar Pustaka

Papalia, Diane. E, Olds, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Feldman. 2009. Human Development (Perkembangan Manusia). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika
Rahmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Klaten: Penerbit PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Wikipedia.com



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Cirebon is my Culture

Kebudayaan yang saya ambil untuk menjadi topik dalam tugas  mengidentifikasi unsur kebudayaan kali ini adalah budaya daerah asal saya yaitu Kebudayaan Cirebon. Sebelum membahas lebih jauh, alangkah baiknya kita mengetahui unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan antara lain : Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan teknologi, Sistem Mata pencaharian, Sistem Realigi, dan Kesenian. Kebudayaan cirebon yang terkait dengan unsur-unsur tersebut antara lain :
·         Bahasa
Letaknya yang secara geokultur berada di perlintasan dua kebudayaan besar membuat masyarakat di Cirebon, Indramayu, dan (sebagian) Majalengka (Ciayumaja) memiliki dua bahasa ibu. Perjalanan sejarahnya yang panjang kemudian membentuk peta kebudayaan yang mencerminkan adanya tarik-menarik pengaruh di antara dua kebudayaan  besar  tadi.
Yang dimaksud dua kebudayaan besar itu ialah Sunda di sebelah barat dan selatan, serta Jawa di sebelah timur dan utara. Pengaruh Sunda, dalam sejarahnya lebih bersifat politis karena Cirebon (Ciayumaja) dijadikan sebagai bagian dari wilayah kekuasaan (geopolitik) kerajaan-kerajaan Buddha-Hindu Kuno seperti Galuh, Pajajaran, dan Sumedang Larang.
Sementara pengaruh Jawa, lebih bersifat kebudayaan (geokultur) melalui interaksi sosial yang terbentuk karena letak geografis pesisir pantura yang strategis sebagai sentra perdagangan. Masuknya Islam pada abad ke-15 sampai ke-16, di antaranya lewat syiar Islam Sunan Gunung Djati yang menggunakan bahasa Jawa, seolah makin mempertegas pengaruh Jawa secara kebudayaan di wilayah tersebut.
Tarik-menarik di antara dua kebudayaan besar tadi, dalam perjalanannya, kemudian menghasilkan suatu kebudayaan tersendiri, yakni apa yang sampai sekarang disebut dengan kebudayaan Cirebon. Dari sisi kebahasaan, masyarakat yang berdiam di Ciayumaja, sampai sekarang lalu mengenal dua bahasa ibu (dwibahasa), yakni Sunda dan Jawa.
bahasa-jawa-cerbon-dermayonDari sisi kebahasaan (bahasa ibu) tadi, terbentuk pula peta dua bahasa yang bila merunut lewat kronologi sejarah atau proses terbentuknya konstruksi sosiologis dan antropologis masyarakatnya, menggambarkan intensitas pengaruh dari dua kebudayaan besar tadi (Sunda dan Jawa). Dalam konteks kewilayahan secara administratif  kenegaraan masa sekarang, di antara lima daerah, yakni Kota dan Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, serta Kuningan (Ciayumajakuning), hanya masyarakat Kuningan yang bahasa ibunya sama dengan daerah Pasundan umumnya, yakni bahasa Sunda. Empat daerah lainnya, yakni Ciayumaja, mengenal dua bahasa ibu, Sunda dan Jawa.
Akibat tarik-menarik pengaruh tadi, terbentuk entitas kebudayaan tersendiri yang disebut kebudayaan Cirebon. Dari segi bahasa, juga kemudian membentuk bahasa tersendiri, yakni yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai Sunda Cirebon atau juga Jawa Cirebon.
Kata “Cirebon” menunjukkan bahasa Sunda yang dipakai masyarakat Ciayumaja, terdapat kekhasan, pun demikian dengan bahasa Jawa. Ada perbedaan-perbedaan dengan Sunda atau Jawa mainstream, terutama pada dialek (irama bahasa) dan idiolek (ragam bahasa).
Perbedaan yang terasa itu pada dialek dan idiolek. Sunda yang digunakan wong Cerbon, beda dengan Sunda mainstream. Juga dengan bahasa Jawanya. Dari fenomena itu muncul “peng-aku-an” bahwa Cirebon ya Cirebon, bukan Sunda maupun Jawa.
Pada fenomena itu, terdapat pula sisi keanehan, yakni bahwa bahasa Sunda dan Jawa yang digunakan masyarakat di Ciayumaja, terdapat kosakata “Sunda Buhun” dan “Jawa Kuno” yang di masyarakat Pasundan atau Jawa sudah tidak lagi digunakan.
Untuk bahasa Jawa, misalnya kata bobat (bohong), masyarakat Jawa (di Jateng dan Jatim) sudah sama sekali tidak mengenal. Untuk menyebut “bohong”, rata-rata orang Jawa menyebut dengan lombo atau nglombo atau ngapusi.
Kata bobat ini merupakan bahasa Jawa kuno yang oleh rata-rata masyarakat Jawa sendiri sudah tidak digunakan. Padahal, di balik kata bobat ada peristiwa sejarah yang sangat dramatis dan menimbulkan trauma bagi masyarakat Sunda umumnya, yakni Perang Bubat, (bubat berasal dari kata bobat) atau perang bohong-bohongan yang terjadi ketika sepasukan tentara Majapahit, atas perintah Patih Gajah Mada, menyerang rombongan Putri Padjajaran Diah Pitaloka (diyakini di daerah Majalengka) sekadar untuk menggagalkan perkawinan Prabu Hayam Wuruk dengan putri Kerajaan Sunda itu.
Ini berbeda dengan masyarakat yang berhasa Jawa. Sama dengan Jawa umumnya, mengenal tingkatan bahasa antara ngoko, kromo, dan kromo inggil. Bedanya di Ciayumaja hanya mengenal dua tingkatan, yakni ngoko (Jawa kasar) dan kromo (Jawa halus).
Di antara masyarakat berbahasa ibu Jawa di Ciayumaja juga terdapat beragam perbedaan dialek dan idiolek. Misalnya masyarakat Cirebon barat (Plered dan sekitarnya), utara (Suranenggala, Kapetakan) sampai Krangkeng dan sebagian Karangampel (Indramayu), dialek dan idioleknya hampir sama, yang menonjol pada penggunaan huruf “O”, misalnya kata “tentaro” untuk “tentara“, “siro” untuk “sira” (engkau, kamu), ini berbeda dengan masyarakat Cirebon kota dan Indramayu pada umumnya yang huruf “A” tetap dibaca “A” (tidak “O”). Rata-rata wong Dermayu menyebut “aku” dengan kata reang, sedang wong Cerbon isun.

·         Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan maasyarakat Cirebon dahulu kala, masih menganut paham animisme dan dinamisme yang dibawa oleh nenek moyang mereka. Sehingga kepercayaan bahwa benda-benda memiliki roh dan percaya akan makhluk halus memunculkan mitos-mitos dan petuah-ptuah zaman dahulu. Misalnya, Seorang gadis dilarang untuk duduk di pintu, karena mitosnya kelak nanti jodohnya balik lagi. Selain itu, ada juga yang mengatakan Kalau seorang gadis harus menyapu dengan bersih jangan sampai meninggalkan sisa kotoran dilantai karena mitosnya kalau menyapunya tidak bersih nanti suaminya jenggotan. Mitos-mitos tersebut jika di telaah memang tidak rasional dalam pikiran kita, tetapi sampai sekarang mitos tersebut masih diyakini oleh beberapa penduduk di Cirebon. Tetapi ketika kemajuan teknologi dan modernisasi mulai diperkenalkan di daerah Cirebon, pengetahuan masyarakat Cirebon sudah semakin modern, banyak yang berfikir kritis dan lebih rasional , sehingga ada juga sebagian orang yang sudah tidak meyakini mitos-mitos nenek moyang tersebut.
Karena seiring perkembangan zaman, kini masyarakat sudah mulai sadar akan kemajuan teknologi dan sains. Masyarakat mulai mencoba untuk berkenalan dengan medis karena di daerah Cirebon sudah banyak di bangun Rumah Sakit dan Pusat pelayan kesehatan lainnya. Mungkin ada juga sebenarnya di daerah yang sangat terpencil, misalnya daerah gunung Ciremai yang sangat jauh dari pusat kota Cirebon, karena letaknya di pinggiran hutan gunung Ciremai. Ada masyarakat yang masih menganut atau mempercayai orang-orang pintar ( seperti, dukun atau kyai). Mereka biasanya pergi ke dukun karena tradisi lingkungan masyarakat mereka masih meyakini hal-hal spritual seperti itu, atau pun karena faktor keterjangkauan sangat sulit bagi mereka untuk ke rumah sakit karena bertempat tinggal di pinggiran hutan.

·         Organisasi Sosial
Gambaran tentang pembentukan kota Cirebon.
 Dulu, daerah ini dikuasai oleh Kerajaan Galuh dan Sunda dari Kerajaan Siliwangi yang bermarkas di daerah Kawali Ciamis. Daerah ini disebut Kebon Pesisir setelah dihuni oleh 52 orang. Pembangunan kota ini dipimpin oleh Ki Somadullah, seorang santri Syaikh Datul Kahfi di Pondok Pesantren Gunung Amparan Jati (Sekarang di Desa Istana Gunung Jati). Pembentukan kota itu terjadi pada 14 Bagian Terang (Sukia-Paksa) bulan Caitra tahun Saka 1367, bertepatan dengan tanggal 8 April 1445 M., atau 29 Zulhijjah 847 H., dibulatkan menjadi 1 Muharram 848 H. Tahun inilah yang kemudian dijadikan lahirnya Kota Cirebon. Kota ini, dulu disebut Kebon Pesisir dan masyarakat memilih Ki Danu Sela sebagai Kuwu pertama, karena dia sudah menetap di desa itu selama 5 tahun. Kuwu itu diberi gelar Ki Ageng Pengalang-Alang. Ki Danu Sela (Kuwu) sejak dulu senang menagkap ikan dan udang-udang kecil (rebon) di kali yang ada dekat rumahnya, hingga akhirnya penangkapan udang-udang itu banyak diikuiti oleh masyarakat. Sedangkan Ki Somadullah penginisiatif pertama pembangunan kota itu, dijadikan sebagai wakil kuwu, dengan gelar Ki Cakrabumi (Pangraksa Bumi).Dalam keadaan seperti itu, Ki Somadullah disuruh oleh gurunya agar dia menunaikan ibadah haji bersama adik kandungnya yang bernama Nyi Mas Rarasantang. Sedangkan istrinya, Nyi Endang Geulis tidak dapat ikut mendampingi suami, karena sedang hamil. Setelah pulang dari Makkah-Madinah (1447 M) Ki Cakrabuana diberi nama Haji Abdullah Iman. Dia menetap terus di Desa Kebon Pesisir yang kemudian dirubah menjadi Cirebon Larang. Setelah Ki Ageng Pengalang Alang wafat, maka H. Abdullah Iman diangkat menjadi Kuwu kedua, dengan gelar Pangeran Cakrabuana. Ki Somadullah alias H. Abdullah Iman adalah cucu Ki Ageng Tapa, ibunya adalah Nyi Subang Larang, yang menjadi santri Syaikh Qurro di Krawang, yang kemudian menikah dengan Prabu Siliwangi. Jadi H. Abdullah Iman (Kuwu Cirebon Larang II) yang menjadi santri Amparan Jati itu pada hakikatnya adalah anak sulung Prabu Siliwangi. Pada waktu Ki Kuwu memimpin, Kebon Pesisir itu banyak didatangi oleh orang dari berbagai daerah, Sunda, Jawa, Sumatera, Luar Jawa selain Sumatera, India, Cina, Persia, Irak, Arab, dan Syam (Siria). Tentu saja mereka memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Meskipun begitu keakraban mereka tampak kompak, ketika mereka membangun tajug (masjid) Jalagrahan. Setelah dua tahun berikunya, Pangeran Cakrabuana membangun Kraton Pakungwati, yang namanya diambil dari nama puteri sulungnya sendiri yang lahir dari Nyi Endang Geulis.
Sekarang kota Cirebon sudah membentuk pemerintahan umum seperti adanya Bupati dan Walikota beserta para aparaturnya . Akan tetapi budaya keratonnya masih tetap ada sampai sekarang. Di lingkungan keraton masih ada keturunan raja dan yang menjabat di kekuasaan tertinggi yaitu Sultan Cirebon.  Tetapi kekuasaan tertinggi sebagai Sultan Cirebon biasanya hanya untuk perhatian masyarakat sekitar keraton.
·         Sistem Mata Pencaharian.
Pada sistem mata pencaharian di Daerah Cirebon. Ada beberapa mata pencaharian yang terapat dalam daerah ini, mulai dari nelayan, petani, pedagang, industri, dll.
Di daerah pesisir selatan cirebon, masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Di pesisir cirebon dekat dengan lokasi Pelabuhan cirebon, disini bukan hanya nelayan, ada juga yang bekerja sebagai penambang batu bara, sebagai awak kapal, sampai ada juga yang membuka pabrik pembuatan trasi udang dan pengolahan bahan-bahan dari hasil laut.
            Di daerah pegunungan atau daerah kabupaten dekat dengan pusat kota Cirebon. Masyarakatnya menganut mata pencaharian sebagai Petani. Baik petani padi, ladang sayur maupun buah.
            Di daerah pusat kota, masyarakatnya mulai banyak berkarir, karena di pusat kota Cirebon sudah terdapat banyak gedung-gedung kantor dan pusat bisnis lainnya. Selain itu banyak yang berwirausaha, dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
            Di daerah kabupaten yang tak jauh dari pinggiran kota, banyak terdapat pabrik-pabrik.  Ini sengaja di tempatkan di luar pusat kota, agar dalam prosesnya pabrik-pabrik yang ada di Cirebon tidak mengganggu lingkungan di Kota akibat limbah-limbah pabriknya.
·         Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Sistem peralatan hidup bagi masyarakat agraris misalnya petani dan nelayan. Mereka cenderung menetap di daerah tempat tinggalnya,  Teknologi yang digunakan sudah cukup ada sentuhan dari bantuan pemerintah Cirebon yang memfasilitasi para petani dalam menggunakan traktor dan pembagian benih atau bibit serta insektisida secara gratis. Untuk masyarakat nelayan sendiri, mereka juga mendapat bantuan dalam subsidi bahan bakar yang digunakan untuk nelayan mecari ikan. Tetapi subsidi-subsidi tersebut tidak secara rutin diberikan setiap bulannya, mungkin dua kali dalam satu tahun. Tetapi ada juga masyarakat yang masih menggunakan cara tradisional, meskipun sudah mendapat fasilitas dari pemerintah, mereka cenderung melestarikan cara manual atau tradisional yang sudah turun temurun dilakukan semenjak masa nenek moyangnya.
·         Sistem Realigi
Agama yang terdapat di Cirebon sama dengan daerah lain yang beragam, misalnya ada kristen, katolik,islam. Budha, hindu, dan konghucu. Tetapi mayoritas masyarakat cirebon memeluk agama islam. Ini dikarenakan oleh adanya salah satu Walisongo yang mengajarkan isla di daerah ini yaitu Sunan Gunung jati. Sampai saat ini, keraton Sunan Gunung Jati masi ramai dikunjungi para penziarah wali sanga.
·         Kesenian
Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Kota Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertunjukan khas masyarakat Cirebon antara lain Tarling, Tari Topeng Cirebon, Sintren, Kesenian Gembyung dan Sandiwara Cirebonan.
Kota ini juga memiliki beberapa kerajinan tangan di antaranya Topeng Cirebon, Lukisan Kaca, Bunga Rotan dan Batik.
Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif Mega Mendung, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.
Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton. Sekarang dicirebon, batik motif mega mendung telah banyak digunakan berbagai kalangan. Selain itu terdapat juga motif-motif batik yang disesuaikan dengan ciri khas penduduk pesisir.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments1